Welcome Myspace Comments

Dengan ini kuciptakan sebuah persembahan... Semoga kalian suka... Cintai Budaya Membaca

Sabtu, 30 April 2011

Yang Biasa Menjadi Luar Biasa


Angin dari mana? Hujan dari mana? Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba berhasrat buat baca buku. Apalagi buku pinjaman? Huhuy mau dong (Miss. Ngirit). Berawal dari tawaran seorang teman, tiga ekor buku pun berada di tanganku. Siap melahab? Siap dahh… (sok semangat banget)
Pilihan pertama pun jatuh pada judul La Tahzan For Broken Hearted Muslimah. Penulis Asma Nadia dkk. Asma Nadia? Siapa dia? Penulis dadakan? Memangnya ia sehebat apa, sehingaa namanya bisa nongol paling depan? dan mungkinkah cover buku ini adalah dirinya?
Demikianlah pertama kali aku berfikir tentang Asma Nadia. Dia bukan penulis, dia belum banyak berkarya, dan sama sekali tak kuketahui tentangnya. Ya, dengan sangat tinggi hati aku membuka bukunya. “Mungkin juga gitu-gitu aja, menggurui,” pikirku sambil mengingat-ingat isi buku karya orang lain yang seringkali bahasanya menggurui.
Kubuka subjudul pertama. ????? lho? Mana Asma Nadia? Kubuka-buka dan kubuka hingga subjudul terakhir (hanya membuka ). Ok mulai membaca. Aku suka. Ceritanya begitu mengalir. Suka doank? Belum cukup membuatku percaya pada Asma Nadia.
Tulisan Asma Nadia belum kutemui, belu puas rasanya. Perasaan tinggi hatiku masih saja merajai. Tapi jelas, tingkat penasaranku di atas singgasana raja tinggi hatiku. Walaach…lebay. Tak sia-sia rasa penasaran itu menguasaiku. Tak sia-sia pula aku mencoba menaklukkan rasa tinggi hatiku. Di sana kutemukan kepuasan. Kepuasan akan isi dalam buku tersebut. Isinya hidup, pembaca tak hanya diajak membayangkan dan merasakan perasaan penulis, tetapi juga terhipnotis. Cieileee…

***

Aku baru mengenal Asma Nadia. Baru mengenal dan aku mulai mempercayainya, bahwa ia telah mengalahkan ketinggian hatiku dengan karyanya, meskipun belum seratus persen percaya. Karena aku baru saja membaca satu karyanya. Aku harus memecahkan kembali ketinggian hatiku yang tentunya tidak memuncak. Itu artinya, aku semakin berusaha mengenal Asma Nadia. Keinginanku untuk mengetahui tentangnya, secara tidak sadar telah memposisikan diriku sebagai salah satu fans-nya. Hohoho… Aku baru nyadar hal ini di kemudian hari.
Mulai dari cari-cari info tentang Asma Nadia, dari Facebook maupun blog, kemudian tentang Forum Lingkar Pena (FLP), sampai berusaha mencari alamat FLP di kotaku yang hasilnya nihil
Semakin ku mencari, semakin pula aku mengenalnya. Bahwa Asma Nadia bukan penulis dadakan, bukan penulis yang hanya produktif menulis, tapi juga karyanya yang semakin berkualitas. Terbukti dengan novelnya yang telah difilmkan dengan judul Emak Ingin Naik Haji. Hal ini semakin mempercayakanku padanya, dan itu artinya, runtuhlah tinggi hatiku. Hohoho…
Yang tak boleh ketinggalan pula adalah inspirasi-inspirasinya. Hal yang paling menginspirasku dari karya-karya Asma Nadia adalah yang biasa menjadi luar biasa. Apaan tuh???
Pertama, bahasa yang digunakan.
Asma Nadia seorang yang apa adanya, begitu pula bahasa yang digunakan dalam karya-karyanya. Sederhana, lugas, tidak hiperbola, tidak sok puitis, dan tidak terlalu memakai bunga-bunga kata. Menggunakan bahasa sehari-hari, sehingga begitu hidup dan dekat sekali dengan pembaca.
Kedua, ide ceritanya.
Yakni cerita-cerita yang diusung, keren. Ketika hal-hal seperti biasa yang kita temui akan tetap seperti biasa. Tetapi lewat Asma Nadia, akan menjadi luar biasa. Karena hal itu seakan tak dibuat-buat. Kembali pembaca dilibatkan di sana. Untuk kesekian kalinya, aku kaget ketika ide cerita Asma Nadia, sering kutemui di kejadian nyata sebelumnya, tetapi justru hal itu yang membutku sangat tertarik. Tidak jauh-jauh dengan kehidupan kita sehari-hari.
Ketiga, amanah yang disampaikan
Para pembaca buku diajak, bukan menggurui.
Ini terlihat dalam karya-karyanya. Dalam konteksnya, Asma Nadia bukan mengatakan harus begini, harus begitu. Tetapi mengatakan lihatlah, seperti ini, maka seperti ini. Ia membebaskan pembaca untuk meyakini atau tidak meyakininya. Tapi justru hal ini yang manjur untuk zaman gaul seperti sekarang ini. Asma Nadia membaca fenomena yang terjadi, bahwa tidak zamannya lagi untuk menggurui.
Zaman sekarang kog menggurui? Walach dicuekin dahhh pastinya.

“Mengapa harus kata jatuh yang berada di depan kata cinta”
“Mengapa harus kata mati yang berada di belakang kata cinta”
(Asma Nadia)

Sebuah kalimat yang biasa, nampak luar biasa bukan?

Pokoknya, Asma Nadia aku banget !!!
Segala sesuatunya menginspirasiku. Aku jadi percaya diri untuk menulis. Tentunya dimulai dari hal yang biasa-biasa.


Disertakan dalam lomba penulis Asma Nadia Inspirasiku